Minggu, 25 Januari 2015

I B U

     Selaknya seorang anak pada umumnya yang terlahir dari rahim seorang ibu. Dialah sosok wanita pemberani yang mempertaruhkan hidup nya untuk memperkenalkan kita ke dunia, dia berjuang hingga nafas terakhir pun akan ia lakukan demi anaknya. Rasa sakit ibu itu rasanya hilang seketika ketika ia mampu melihat tangis lucu sang bayi.
        Mama itulah sapaan hangatku sejak kecil buat seseorang wanita terhebat yang pernah aku kenal di dunia ini, lebih tepatnya mama Yani namanya, seorang wanita kelahiran jawa tengah pada tanggal 18 maret di tahun 1968. Menikah pada tahun 1997 dan berhasil melahirkan secara normal seorang bayi kecil yang gendut pada tanggal 22 januari persis setahun seusai pernikahannya tersebut. Betapa bahagianya aku bisa berada di dunia untuk pertama kalinya di dekapan hangatnya.
      Sejak bayi aku merasakan kehangatan peluknya, lembutnya kasih sayangnya, serta ketulusan cintanya yang ia berikan tana henti di setiap mengedipkan mata hingga kini aku telah remaja menginjak dimana mama sering mengingatkan serta menasehatiku karena melihat tingkah-tingkah sebagai remaja. Memang kini bukan seperti dulu ketika aku nakal, mama hanya memarahiku dengan senyuman dan cubitan manjanya tapi kini karena ego dan pikiranku yang terkadang masih labil aku masih membantah entah itu nasehat atau perintahnnya, yaa begitulah seorang remaja masih meninggikan ego nya sendiri.
     Kini aku seorang remaja yang beranjak dewasa. Kini giliranku untuk membahagian mama ku yang semakin bertambah tahun bertambah pula usianya, masih ada waktu selagi aku masih bisa melihat senyum penuh cinta nya itu akan ku jadikan motivasi ku untuk semangat berjuang meraih kesuksesan. Mama selalu tersenyum menghadapi anak-anaknya walau aku tahu terkadang dibalik senyumnya itu banyak hal ia sembunyikan tetapi demi anak-anaknya ia rela menyimpan masalahnya sendiri dan tidak mau anak-anaknya merasakan kesusahan yang sedang ia rasa.
       Mama namamu akan selalu hangat di hatiku engkau pahlawan di hidupku, pelita yang menyinari hariku hingga penuh warna, ketika badai datang engkau selalu membawakan paying untuk melindungi anakmu ini agar setelah itu aku bisa melihat pelangi. Aku sangat bersyukur bisa terlahir dari Rahim sucimu berada diantara kehangatan keluarga ini. Aku berjanji akan membuatmu bahagia kini giliranku untuk membalas jasamu walau aku tahu pengorbananmu takkan pernah terbalaskan oleh apapun karena “Kasih Ibu sepanjang jalan”. Ma… maaf beribu maaf bila anak mu sering membantah atau sering tidak menaati perintahmu bahkan sering menyusahkanmu.
        Mama … bagiku engkau bagaikan malaikat dihidupku tanpa hadirmu mungkin aku ini takkan pernah jadi apa-apa, takkan bisa menjadi aku yang seperti sekarang, tau banyak hal terkadang aku juga menyangkal pendapatmu. Betapa indah masa-masa dimana aku masih kecil, masih sering memanggil “Ma… mama”, yang menyiapkan makanan bahkan menyuapi walau sebenernya engkau lelah, menggantikan popokku, yang memandikanku, memakaikan ku baju, menggendongku, serta kenangan-kenangan lain di masa kecilku.
      Maka dari itu hargailah seorang Ibu. Jangan engkau mengabaikannya kelak ketika masa tua nya tiba, rawat lah ia dengan baik seperti dulu ia merawatmu. Ia selalu sabar menghadapimu, berdoa untukmu, dan rela memberikan apa yang ia punya kepada anaknya, karena ibu adalah seorang wanita dan wanita itu berfikir lebih memakai hati daripada otak.
        Sedikit cerita tentang seorang wanita tua yang tinggal bersama anaknya yang sudah berkeluarga. Suatu hari di teras depan rumah sang ibu itu berbincang dengan anaknya yang sedang membaca koran :
Sang Ibu          :           Nak, itu hewan yang kamu pelihara apa namanya (Sambil                      menunjuk     kearah hewan peliharaan sang anak).
Sang Anak       :           (Dengan santai menjawab) Oh itu anoa buk.
Seiring umurnya yang menua pendengarannya ibunya mulai menurun dan ia kembali bertanya
Sang Ibu           :          Apa nak? (Jawab ibu yang kurang jelas pendengarannya)
Sang Anak        :          Anoa bu (dengan suara agak keras)
Kali ini sang ibu coba bertanya kembali walupun ia sudah tahu
            Sang Ibu          :           Hewan apa nak?
            Sang Anak       :           ANNOAA buu (Dengan suara lantang dan sedikit kesal)
Sang ibu pun tersenyum berkaca-kaca sambil melihat sang anak dan berkata
            Sang Ibu          :           Sabarlah Nak
Sang Anak      :        Bagaimana mau sabar, ini pertanyaan ibu yang sama ketiga kalinya
Sang Ibu           :         Dulu ibu mengajakmu sebuah taman dan kamu melihat burung diatas patung dan kamu bertanya “Burung apa itu bu?” dan ibu menjawab “Itu burung merpati nak” tapi engkau terus bertanya, ibu selalu menjawabnya setiap pertanyaanmu dengan senyuman agar kamu mengerti tentang suatu hal dan kamu dulu berkata “Makasih ibu, sekarang aku mengerti bahwa itu adalah burung merpati”, sambil tersenyum ibu menjawab “Kamu pinter nak (sambil mengelus-elus kepala sang anak)”.
Sang Anak        :         Ibuuuuuu… (Seketiak memanggil)
Sang anak melipat koran yang sedang ia baca dan bergagas menuju sang ibu. Ia terdiam, termenung mendengar kata-kata ibunya itu, seketika sang anak menundukan kepala memohon maaf kepada sang ibu sambil meneteskan air mata.

“You are my heroes, you are my everything, mom”.

SIAPAKAH AKU ?

      Seorang manusia maupun makhluk hidup lainnya diciptakan oleh sang pencipta ke dunia dengan tujuan yang harus ia capai kelak agar berguna bagi kehidupan di dunia maupun setelah ia meninggalkan dunia ini. Bukan hanya berhura-hura menikmati pelangi dunia, melangkah tanpa kepastian bagaikan bernyanyi tanpa nada, hanya melakukan apa yg ia suka tanpa memperdulikan orang di sekitarnya. Kehidupan ini tidak lepas dari kehidupan manusia sebagai “Makhluk Sosial” yang saling membutuhkan satu sama lain, maka dari itu semoga apa yang aku lakukan benar-benar bermanfaat bagi kehidupanku sendiri serta bagi orang-orang disekitarku.
         Siapakah aku.. Sesuatu berguna apa yang telah aku lakukan selama ini.. Mau menjadi apa aku ini kelak ?? pertanyaan itu selalu menggelayati pikiranku setiap aku melihat orang yang sukses dikehidupannya. Aku tahu untuk mencapai kata “Sukses” itu tidak dicapai dengan begitu mudah harus ada sebuah pengorbanan besar yang dilakukan. Begitu pula dengan orang yang meraih kesuksesannya, semakin besar kesuksesan yang ia dapat semakin besar pula tanggung jawab serta rintangan yang dihadapi, butuh kesabaran dan ketekunan dalam menghadapinya.
        Seperti layaknya manusia pada umumnya yang terlahirkan dari rahim suci seorang ibu, dari segumpal darah yang bernyawa lalu dibesarkan oleh kedua manusia terhebat yang pernah aku kenal yaitu Mama dan Papa, yang dengan tulus dan penuh cinta merawatku, mendidik serta membesarkanku hingga kini aku mengenal banyak hal tentang dunia, tentang suka, duka dan pilu nya menghadapi dunia yang penuh dengan rintihan kepedihan yang terkadang menyapa dan juga kepalsuan yang penuh rekayasa oleh penghuni bumi ini. Agama dan kesadaran hukum lah yang akan menjadi dasar untuk kita melangkahkan kaki disetiap pijakan langkah tersebut.
      Hari ini tepat tiga hari dimana aku menginjak usia 17 tahun, jelas bukan usia yg muda lagi untukku bermain-main, tetapi usia dimana aku sudah harus bisa berfikir secara dewasa dan realiitis untuk menggapai cita-citaku di masa depan juga membahagiakan dua orang terhebat yang bersamaku sejak aku terlahirkan di dunia ini. Pertanyaanku kini bukan tentang “Apa yang orang tua berikan kepadamu?”, tetapi “Apa yang bisa kamu berikan kepada kedua orang tua mu?”. Walaupun kini aku menginjak usia dewasa yang ku sesalkan aku belum bisa memberikan apa-apa kepada kedua orang tuaku memang waktu masih panjang kedepan dan juga kita takkan pernah bisa membalas setimpal pengorbanan kedua orang tua kita.
     Kini sudah 2 tahun aku jauh dari mereka dari sentuhan tangan mereka setiap aku hendak berangkat dan pulang sekolah, terpisahkan jarak dan waktu, tetapi komunikasi selalu terjalin melalui telepon dan pulang ketika waktu liburan tiba, walaupun begitu terkadang ketika aku termenung sendiri aku sering memikirkan kedua orang tua ku serta adikku, aku berfikir “Sedang apa ya mereka sekarang”, aku merindukan mereka merindukan kehangatan bersama ketika kita sedang berkumpul, ketika liburan maupun lebaran tiba, moment-moment itu yang paling aku nantikan. Tetapi lepas dari semua itu, ini sudah keputusanku untuk bisa belajar menjadi pribadi yang mandiri yang bisa berdiri sendiri tanpa harus selalu dimanjakan oleh kedua orang tua. Masih teringat hangat kata-kata papa ketika memberi motivasi kepadaku untuk mulai belajar mandiri, walaupun kini aku belum bisa sepenuhnya hidup mandiri tetapi aku akan berusaha demi kedua orang tua ku dan masa depanku kelak.      
     Aku memang bukan terlahir dari keluarga yang berlimpahan harta dunia tetapi aku sangat bersyukur dilahirkan dikeluarga yang mengajarkanku tentang pentingnya kesederhanaan. Kelak aku ingin sukses dengan usahaku dan tetesan keringatku sendiri. Dengan semangat dan kegigihan serta modal pengalaman dan ilmu yang sedang aku perdalam kini, aku yakin aku bisa menggapai bintang di langit  
       Mulai sekarang aku harus bisa belajar mandiri karena tidak selamanya kita akan terus hidup bersama orang tua dan ada saat dimana kita harus berjuang sendiri. Aku pernah mendengar kata orang jaman dulu tentang “Badai pasti berlalu” dan Yakinlah bahwa “Ada Senyum dibalik Luka ada Pelangi setelah Hujan”.
   
           

            

Sabtu, 24 Januari 2015

Resolusi 2015



        Resolusi? … Sebuah tekat untuk melakukan sesuatu tindakan serta menujukan sikap atau suatu prilaku baru yang berbeda dengan sebelumnya untuk mencapai sebuah tujuan (planning) yang sudah direncanakan sebelumnya agar menjadi pribadi yang lebih baik kedepannya.
         Bicara tentang resolusi apa yang ingin aku lakukan di tahun ini 2015.. banyak hal yang ingin aku ubah, kebiasaan tahun lalu yang ingin ku jadikan lebih baik ditahun ini tanpa mengubah apa adanya diriku seperti ini pastinya, hanya sedikit usaha untuk merubah kebiasaan buruk agar menjadi baik dan bisa bermanfaat bagi diri sendiri (khususnya) maupun lingkungan disekitarku bahkan aku ingin bisa membuat kedua orang tua tersenyum bangga dengan apa yang aku lakukakan, entah itu dengan sebuah tindakan yang berguna atau dengan prestasi yang bisa aku capai.
            Bukan suatu hal yang mustahil untuk dicapai jika melandaskanya dengan hati yang tulus karena aku tau sebuah tindakan yang bertujuan untuk kebaikan akan banyak tantangan dan rintangan terjal yang terjadi bahkan mungkin akan mengeringkan tetesan keringat yang tercucur dan menguras akal bahkan jika kita tidak tahan dengan semua terpaan itu bisa menjadikan titik balik untuk kita menjadi terpuruk, tentu saja terpuruk itu bukan suatu hasil yang aku inginkan karena semua usaha ku akan terbuang sia-sia begitu saja.
         Awal bulan ditahun baru ini menyapa ku dengan hari dimana bertambah usia bertambah tanggung jawabku pula, banyak yang ingin aku ubah entah itu dari sisi jasmani maupun rohani. Aku ingin merubah hari-hariku lebih dihiasi dengan senyuman, berkumpul dengan orang-orang yang bisa memotivasiku untuk lebih maju dan baik kedepannya, agar aku bisa berfikir lebih dewasa dalam mengambil keputusan maupun tindakan serta bisa melewan keegoisanku dan mengutamakan kebaikan/kepentingan bersama supaya aku tak salah memilih jalan untuk menginvestasikan masa depanku di kehidupanku kelak.
            Investasi rohani juga perlu aku lakukan di tahun ini agar diriku bisa memilik kepribadian yang lebih baik dari sebelumnya. Tahun ini aku ingin menjadi seseorang yg sederhana karena aku yakin orang yang hidup di kesedehanaan akan mengetahui sulit nya mencari sesuatu yang diinginkan bahkan dibutuhkan contohnya seperti mencari secercah rupiah dengan tetesan keringat kita untuk menghasilkan sesuap nasi dan ia tetap tahu apa yang harus dilakukan ketika berada diatas dengan tidak menghambur-hamburkan harta ataupun hidup berfoya-foya tetapi lebih membatu saudara-saudara kita yang kekurangan dan membutuhkan uluran tangan kita. Serta menjadi seseorang yg bisa memproduktifkan (manage) waktu dengan melakukan kebaikan-kebaikan, hal postif serta kegiatan-kegiatan yang berguna untuk orang banyak.
            Kedewasaan.. hal yang mudah untuk diucapkan tapi tidak untuk dibuktikan. Semoga di tahun ini aku berhasil mencapai kedewasaan tersebutagar bisa berfikir secara otak dan hati nurani bukan ego serta bisa belajar mensyukuri apa yang telah aku dapatkan.
         Resolusi bukanlah sebuah hal yang harus dilakukan dengan perubahan besar tetapi cukup dengan perubahan kecil secara bertahap tapi pasti daripada merencanakan sesuatu yang besar tapi pada akhirnya “Tong Kosong Nyaring Bunyinya”. Berlandaskan dengan hati yang tulus bulatkan tekat dan berkata “Resolusi? Selagi nadiku berdetak,kenapa tidak?”. Optimislah kawan hanya kematian yg bisa mematahkan semangatmu !!!